Press ESC to close

serubareng.com

7 Kisah Unik Nama Makanan Indonesia

Teman Seru, sering mendengar nama makanan Indonesia yang aneh? Ada yang terdengar lucu, bikin mikir, atau bikin salah paham. Dari keanehan tersebut tenyata ada kisah unik nama makanan yang layak untuk dikulik. 

Di balik semangkuk rawon atau sebungkus nasi kucing, ternyata ada sejarah, tradisi, dan bahkan gaya hidup yang membentuk identitas kuliner kita. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Nasi Kucing – Kecil Tapi Bukan Buat Kucing

Makanan ini muncul sekitar tahun 1940-an di Yogyakarta, Solo, dan Semarang sebagai makanan murah meriah untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah, seperti buruh dan mahasiswa.

Nama “nasi kucing” muncul karena porsinya yang sangat kecil, mirip porsi makan seekor kucing. Dan mungkin juga karena awalnya lauk yang dihadirkan berupa ikan teri atau ikan asin yang juga menjadi makanan kucing. Seiring waktu, variasi lauk semakin beragam, termasuk oseng tempe, telur, dan berbagai jenis lauk lainnya.

Berdasarkan kisah yang berkembang di masyarakat, diyakini bahwa Masyarakat Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, yang merantau ke Solo adalah pelopor penyajian nasi kucing. Mereka mengadu nasib menjadi pedagang ikan teri di kota yang mempunyai nama resmi Surakarta ini.

Porsi nasi kucing yang kecil mencerminkan filosofi kesederhanaan dan kebersahajaan. Harganya yang murah meriah membuatnya mudah diakses oleh berbagai kalangan.

Nasi kucing telah menjadi bagian dari budaya masyarakat, terutama di Yogyakarta dan Solo, dan menjadi simbol kuliner khas yang populer. Nasi kucing yang awalnya populer di angkringan Yogyakarta dan Solo, kini menyebar ke berbagai kota di Indonesia.

Nasi kucing menjadi menu ikonik di warung angkringan, yang merupakan tempat makan sederhana dengan suasana santai.

kisah unik nama makanan
2. Rawon – Hitam Legam, Rasanya Nendang

Rawon adalah masakan khas Indonesia yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Makanan ini berupa sup daging berkuah hitam dengan campuran bumbu khas yang menggunakan kluwek.

Bumbu ini bukan sembarang bumbu—kalau salah mengolah, kluwek bisa beracun. Tapi di tangan yang tepat, rasanya jadi gurih mantap. Kluwek inilah yang membuat kuah rawon menjadi hitam pekat. Rawon biasanya disantap dengan nasi putih hangat, tauge segar, telur asin, kerupuk udang, dan sambal.

Makanan ini telah berusia lebih dari 1.000 tahun. Rawon dari Ponorogo menyebar ke penjuru Jawa Timur sehingga dikenal sebagai masakan khas Jawa Timur. 

Meskipun berasal dari Jawa Timur, rawon kini dikenal luas dan menjadi favorit di berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Di sana, rawon sering disebut sebagai black soup.

3. Ayam Penyet – Rasanya Nggak Kalem

Ayam penyet adalah hidangan ayam goreng khas Indonesia, khususnya Jawa Timur, yang terkenal karena ayamnya yang dipenyet (ditekan atau diremas) hingga empuk dan disajikan dengan sambal pedas, serta lalapan. 

Penyet dalam bahasa Jawa artinya “ditekan”. Jadi, ayam goreng yang sudah matang akan dipenyet di atas sambal, supaya bumbunya meresap dan lebih menyatu.

Khasnya ayam penyet adalah penyajiannya dengan sambal pedas, yang bisa berupa berbagai macam sambal seperti sambal terasi, sambal bawang, atau sambal lainnya. Lalapan seperti mentimun, kol, atau daun kemangi juga sering disajikan sebagai pelengkap.

Lalu, apa perbedaan antara ayam penyet dan ayam geprek? Meskipun keduanya sama-sama hidangan ayam goreng yang ditekan, ayam penyet biasanya diungkep terlebih dahulu untuk melembutkan dagingnya, sementara ayam geprek lebih mengandalkan kekuatan ulekan untuk menghancurkan daging.

Ayam penyet sangat populer di Indonesia dan mudah ditemukan di berbagai tempat makan, mulai dari warung kaki lima hingga restoran. Awalnya makanan ini dikenal sebagai hidangan khas dari Jawa Timur, terutama Surabaya, namun sekarang sudah menyebar ke seluruh Indonesia.

kisah unik nama makanan
4. Sate Lilit – Bukan Sate Biasa

Sate lilit adalah hidangan sate khas Bali yang terbuat dari daging cincang (biasanya ikan atau ayam) yang dicampur dengan bumbu dan parutan kelapa. Kalau umumnya sate itu ditusuk, sate lilit justru dibentuk dengan cara dililitkan ke batang sereh atau bambu pipih.

Dalam budaya Bali, makanan seperti ini sering disajikan dalam upacara adat sebagai bentuk persembahan, makanya bumbunya juga kaya dan aromatik. Sate lilit memiliki rasa gurih, pedas, dan manis, dengan aroma khas dari bumbu Bali dan serai.

Asal-usulnya dipercaya dari daerah Klungkung, Bali, dan kemudian menyebar ke seluruh pulau. Sate lilit memiliki makna filosofis, melambangkan persatuan masyarakat Bali dan juga kejantanan pria, karena dahulu pembuatannya hanya dilakukan oleh laki-laki.

5. Sambal Matah – Bukan “Matah” dalam arti sesungguhnya

Buat kamu yang nggak ngerti bahasa Bali, “matah” mungkin terdengar seperti “mata”. Tapi…

“Matah” dalam bahasa Bali artinya mentah. Jadi sambal matah adalah sambal yang dibuat dari bahan segar tanpa digoreng: bawang merah, cabai, serai, jeruk limau, dan minyak kelapa.

Sambal matah dipercaya berasal dari tradisi kuliner masyarakat Bali sejak zaman kerajaan. Para petani dan nelayan Bali kuno seringkali membuat sambal ini sebagai pendamping hidangan sehari-hari mereka, menggunakan bahan-bahan segar yang mudah ditemukan di sekitar mereka. 

Dulunya, sambal ini lebih dikenal sebagai “sambal bawang” oleh masyarakat Bali, namun seiring dengan penyebarannya, nama “sambal matah” mulai digunakan untuk membedakannya dengan sambal bawang dari daerah lain.

Segar, pedas, wangi—pas banget buat lauk bakar atau goreng. Jadi bintang di warung-warung ayam geprek masa kini.

kisah unik nama makanan
6. Kerak Telor – Nama yang Bikin Heran

Kerak telor ini memang sengaja dimasak sampai bagian bawahnya kering dan “berkerak”. Biasanya dibuat dengan beras ketan, telur bebek, ebi, dan bawang goreng. Justru “kerak”-nya itulah yang jadi kelezatan utama. Renyah, gurih, dan aromanya khas banget karena dimasak pakai anglo dan arang.

Kerak telor adalah makanan khas Betawi yang diperkirakan muncul pada masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1920-an, di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Makanan ini tercipta secara tidak sengaja ketika masyarakat Betawi mencoba mengolah kelapa, yang berlimpah di daerah tersebut, menjadi berbagai macam makanan. 

Pada awalnya, kerak telor adalah makanan kalangan atas, namun seiring waktu, menjadi lebih populer. Pada tahun 1970-an, mulai dijajakan di pinggir jalan, khususnya di sekitar Monas, dan menjadi semakin mudah untuk dinikmati semua kalangan.

7. Es Doger – Siapa Itu Doger?

Bukan nama orang, ya! Nama ini ternyata punya sejarah unik juga.

Es doger adalah minuman tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya dari daerah Cirebon. Asal-usul namanya sendiri masih menjadi perdebatan, ada yang mengatakan berasal dari kata “dog-dog” dalam bahasa Sunda yang berarti “mencampur”, ada pula yang menyebutnya singkatan dari “dorong gerobak”

Sebagian besar sumber menyebutkan bahwa seorang penjual bernama Haji Subagja pada tahun 1940-an mempopulerkan es doger dengan gerobak dorong yang khas. 

Meskipun berasal dari Cirebon, es doger juga menjadi bagian penting dari budaya Betawi. Es doger sering disajikan dalam acara-acara penting masyarakat Betawi, seperti pernikahan atau khitanan.

Campuran tape, kelapa muda, ketan hitam, sirup merah, dan susu kental. Manis, seger, dan penuh nostalgia!

Nama Boleh Aneh, Tapi Rasanya Juara!

Teman Seru, nama-nama makanan khas Indonesia nggak sekadar label. Di balik kisah unik nama makanan Indonesia, juga merupakan cerminan budaya, sejarah, dan kreativitas masyarakat kita. Ada yang berasal dari tradisi adat, ada juga yang lahir dari kreativitas. Yang pasti, semua punya satu tujuan: bikin lidah senang dan hati kenyang.

Kalau kamu ketemu makanan dengan nama aneh, jangan buru-buru curiga. Bisa jadi itu justru makanan terenak yang pernah kamu coba!